Para Ahli Peringatkan Bahaya Sindrom Kessler Akibat Meningkatnya Sampah Luar Angkasa
Para ahli memperingatkan tentang risiko serius yang ditimbulkan oleh meningkatnya jumlah sampah luar angkasa di orbit rendah Bumi (LEO). Fenomena ini dikenal sebagai Sindrom Kessler, yang dapat mengakibatkan reaksi berantai tabrakan antara puing-puing antariksa, mengancam keberlangsungan eksplorasi luar angkasa dan operasi satelit.
Sampah luar angkasa kini menjadi masalah besar, terutama setelah insiden pada 19 Oktober 2024, ketika satelit Intelsat 33e pecah menjadi sekitar 20 bagian. Insiden ini menambah jumlah puing di ruang angkasa yang sudah padat. Saat ini, terdapat lebih dari 10.000 satelit aktif yang mengorbit Bumi, dan jumlah ini terus meningkat seiring dengan peluncuran satelit baru. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak objek di luar angkasa meningkatkan risiko tabrakan yang dapat berbahaya.
Sindrom Kessler adalah skenario di mana tabrakan antara objek luar angkasa menghasilkan lebih banyak puing-puing, yang pada gilirannya meningkatkan kemungkinan tabrakan lebih lanjut. John L. Crassidis, seorang ahli sampah luar angkasa dari Universitas Buffalo, menjelaskan bahwa jika probabilitas tabrakan menjadi terlalu tinggi, peluncuran satelit baru bisa menjadi tidak mungkin. Ini menunjukkan betapa seriusnya dampak dari penumpukan sampah luar angkasa terhadap masa depan eksplorasi luar angkasa.
Kepadatan sampah luar angkasa dapat mengganggu layanan penting seperti GPS, internet, dan komunikasi satelit. Bill Therien, CTO di ExoAnalytic Solutions, menyatakan bahwa ukuran puing-puing yang dilacak bervariasi dari fragmen kecil hingga potongan besar. Kegagalan satelit akibat tabrakan dapat menyebabkan gangguan luas pada kehidupan modern, yang sangat bergantung pada teknologi berbasis luar angkasa.
Dalam beberapa tahun terakhir, peningkatan peluncuran satelit komersial, seperti jaringan Starlink milik Elon Musk, telah menyebabkan lonjakan jumlah objek di orbit. Dengan sekitar 6.800 satelit milik Starlink saja, risiko tabrakan semakin meningkat. Hal ini menandakan perlunya tindakan segera untuk mengelola sampah luar angkasa dan mencegah terjadinya Sindrom Kessler.
Para ilmuwan mendesak perlunya tindakan global untuk menangani masalah sampah luar angkasa sebelum terlambat. Peningkatan kesadaran akan bahaya ini sangat penting bagi semua negara yang terlibat dalam eksplorasi luar angkasa. Kerjasama internasional diperlukan untuk menciptakan kebijakan dan teknologi yang dapat mengurangi jumlah puing-puing di orbit.
Dengan meningkatnya ancaman dari sampah luar angkasa dan potensi Sindrom Kessler, tahun 2025 diharapkan akan menjadi tahun di mana perhatian terhadap masalah ini semakin meningkat. Semua pihak kini diajak untuk berpartisipasi dalam upaya menjaga ruang angkasa agar tetap aman untuk generasi mendatang. Keberhasilan dalam menangani isu-isu ini akan sangat menentukan masa depan eksplorasi dan penggunaan ruang angkasa oleh umat manusia.