Rahasia Fenomena Matahari Biru Tahun 1831 Terungkap! Ini Penjelasannya
Pada bulan Agustus 1831, fenomena langit yang aneh membuat para ilmuwan saat itu bingung: matahari tampak berubah warna menjadi biru, ungu, dan hijau. Hampir dua abad kemudian, misteri ini akhirnya terpecahkan. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa perubahan warna matahari disebabkan oleh letusan gunung berapi besar di pulau terpencil yang sebelumnya tidak diketahui.
Fenomena ini terjadi selama periode pendinginan global yang berlangsung sekitar dua tahun. Dalam kurun waktu tersebut, suhu rata-rata dunia turun hingga 1°C. Catatan sejarah dari berbagai penjuru dunia, termasuk Tiongkok, Eropa, Amerika Serikat, dan Karibia, menggambarkan matahari yang terlihat berwarna biru dan hijau selama beberapa bulan. Para ilmuwan saat itu menduga fenomena ini terkait dengan partikel debu dan gas vulkanik yang menyebarkan cahaya secara tidak biasa. Namun, lokasi pasti letusan yang menyebabkan fenomena ini tetap menjadi teka-teki selama hampir 200 tahun.
Kini, penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari Universitas St Andrews di Skotlandia berhasil mengidentifikasi sumber letusan tersebut. Mereka menemukan bahwa letusan besar berasal dari kaldera Zavaritskii di pulau Simushir, sebuah pulau tak berpenghuni di Laut Okhotsk, bagian dari Kepulauan Kuril di Timur Jauh Rusia, dekat Jepang. Penemuan ini didukung oleh analisis geokimia mendalam dari inti es yang diambil di lokasi yang jauh.
Dr. Will Hutchison, peneliti utama dari School of Earth and Environmental Science di Universitas St Andrews, menjelaskan proses penemuan ini. “Kami menganalisis kimia es pada resolusi waktu yang sangat tinggi, yang memungkinkan kami menentukan waktu letusan dengan tepat, yakni pada musim semi dan panas tahun 1831,” jelasnya.
Selain itu, pecahan kecil abu vulkanik yang ditemukan dalam sampel inti es menunjukkan kecocokan sempurna dengan endapan abu yang sebelumnya diambil dari kaldera Zavaritskii. “Momen di laboratorium ketika kami menyadari bahwa data abu dari inti es dan gunung berapi identik benar-benar menjadi momen eureka,” tambah Dr. Hutchison.
Proyek ini melibatkan kerja sama lintas negara, termasuk para ahli dari Jepang dan Rusia, yang telah mengumpulkan sampel dari gunung berapi terpencil tersebut beberapa dekade lalu. Temuan ini memberikan wawasan baru tentang peristiwa iklim ekstrem yang terjadi hampir 200 tahun silam dan mengungkap peran gunung berapi dalam memengaruhi cuaca global.
Penemuan ini bukan hanya menjadi terobosan dalam ilmu vulkanologi, tetapi juga mempertegas pentingnya penelitian lintas disiplin untuk mengungkap misteri sejarah geologi bumi. Fenomena “matahari biru” yang pernah menjadi misteri kini akhirnya menemukan jawaban.