Lubang Ozon Kian Menyusut, Antarktika Menuju Pemulihan Total
Lubang ozon di atas Antarktika menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang signifikan pada akhir 2024, dengan prediksi bahwa lapisan ozon dapat kembali seperti sebelum 1980 pada tahun 2066. Lapisan ozon sendiri berada di ketinggian 15 hingga 30 kilometer di atas permukaan bumi dan berfungsi sebagai pelindung dari sinar ultraviolet matahari yang berbahaya. Pada 1980-an, lapisan ini mulai mengalami penipisan akibat chlorofluorocarbons (CFC), senyawa kimia buatan yang sering digunakan dalam aerosol, pelarut, serta sistem pendingin seperti kulkas dan AC. CFC melepaskan klorin ketika terkena sinar ultraviolet, sehingga merusak molekul ozon dan menyebabkan terbentuknya lubang di atmosfer.
Lubang ozon mengalami perubahan ukuran setiap tahunnya, terutama dipengaruhi oleh musim. Pada Agustus 2024, lubang ozon mulai terbentuk dan mencapai ukuran terbesar pada Oktober. Namun, memasuki November, lubang tersebut mulai menutup kembali. Laporan dari Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS) mengungkapkan bahwa pembentukan lubang ozon di Antarktika berlangsung lebih lambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh pemanasan stratosfer mendadak pada Juli 2024, yang memperlambat reaksi perusakan ozon. Meskipun ukuran lubang relatif lebih kecil, beberapa wilayah Antarktika mengalami suhu lebih tinggi dari biasanya.
Studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature pada 5 Maret 2025 menyatakan bahwa pemulihan ozon menunjukkan tren positif. Para ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) menggunakan metode “fingerprint” untuk menganalisis data satelit sejak 2005. Mereka menemukan bahwa pola pemulihan ozon semakin terlihat jelas dari waktu ke waktu. Pada 2018, sidik jari pemulihan mencapai titik terkuatnya, dengan keyakinan 95 persen bahwa perbaikan ini disebabkan oleh pengurangan zat perusak ozon. Keberhasilan ini merupakan dampak dari Protokol Montreal 1987, perjanjian internasional yang bertujuan untuk menghapus penggunaan zat berbahaya bagi ozon. Jika tren ini terus berlanjut, lubang ozon di Antarktika berpotensi tertutup secara permanen.