Ledakan Permintaan Listrik dari Data Center AI Bikin Amerika Serikat Kewalahan
Lonjakan permintaan energi dari pusat data milik perusahaan teknologi raksasa membuat sistem kelistrikan Amerika Serikat berada dalam tekanan besar. Kebutuhan daya melonjak tajam karena masifnya pemrosesan kecerdasan buatan (AI), mendorong konsumsi listrik jauh di atas kapasitas yang selama ini hanya ditujukan bagi rumah tangga dan perkantoran. Menurut laporan Reuters, mayoritas dari 13 penyedia listrik terbesar di AS mengaku kewalahan memenuhi permintaan dari sektor ini. Kini, mereka dihadapkan pada pilihan berat: berinvestasi miliaran dolar untuk memperluas jaringan, atau menghadapi risiko keterbatasan kapasitas.
Pada tahun 2025, pengeluaran belanja modal penyedia listrik AS sudah melampaui dua kali lipat rencana investasi lima tahun mereka. Situasi ini bisa berdampak buruk jika kapasitas tambahan tak digunakan maksimal, karena akan memaksa penyedia listrik menaikkan tarif bagi konsumen umum. Rumitnya lagi, perusahaan teknologi mengajukan permintaan ke banyak penyedia sekaligus, membuat proyeksi sulit dihitung karena minimnya transparansi. Salah satunya, Oncor Electric, menerima permintaan 119 GW, empat kali lipat dari kapasitas puncak mereka. Sementara Allentown menghadapi permintaan 50 GW, padahal kapasitas saat ini hanya 7,2 GW.
Sebagai respons, Oncor hanya akan memenuhi permintaan dari perusahaan yang mampu menunjukkan jaminan dana tunai atau letter of credit. Namun, ancaman pembatalan proyek juga membayangi, mengingat biaya membangun data center makin tinggi karena kenaikan suku bunga. Di sisi lain, hadirnya model AI buatan DeepSeek dari China yang lebih hemat energi memberi harapan akan teknologi masa depan yang tidak rakus daya.