Fenomena Blood Moon: Gerhana Bulan Total yang Mengubah Langit Jadi Merah
Pada bulan Maret, fenomena yang dikenal sebagai “Worm Moon” akan memperlihatkan gerhana bulan total yang memukau. Peristiwa langka ini terjadi pada dini hari tanggal 14 Maret, di mana bulan akan tampak merah tua akibat bayangan bumi yang sepenuhnya menutupinya. Momen ini bertepatan dengan pergantian musim di belahan Bumi utara, menjelang ekuinoks musim semi pada 20 Maret.
Selama bulan ini, pengamat langit juga dapat menikmati kehadiran planet Jupiter dan Mars di malam hari, serta bintang terang seperti Orion dan Capella. Venus dan Merkurius pun akan beralih dari tampak di malam hari menjadi terlihat pada pagi hari, sementara bintang seperti Spica, Regulus, dan Pollux akan tampak bergerak seirama dengan bulan.
Puncak Worm Moon diprediksi terjadi pada Jumat, 14 Maret, pukul 02:55 pagi EDT, yang setara dengan pukul 14:55 WIB. Namun, bulan akan tampak penuh sejak Rabu malam hingga Sabtu pagi. Gerhana total dimulai saat bulan memasuki bayangan parsial bumi pada Kamis malam, pukul 11:57 malam EDT (11:57 WIB), dan memasuki bayangan penuh pada pukul 01:09 pagi EDT (13:09 WIB). Puncaknya terjadi pada pukul 02:59 pagi EDT (14:59 WIB), berlangsung selama sekitar 65 menit.
Selama gerhana total, bulan tidak akan menghilang sepenuhnya, melainkan berubah menjadi merah tua akibat pembiasan cahaya matahari melalui atmosfer bumi, yang dikenal sebagai “Blood Moon.” Gerhana akan berakhir ketika bulan keluar sepenuhnya dari bayangan bumi pada pukul 06:00 pagi.
Sayangnya, fenomena ini tidak dapat disaksikan dari Indonesia karena terjadi pada siang hari. Namun, dampaknya tetap dirasakan, seperti pasang air laut yang lebih tinggi dan potensi banjir rob di daerah pesisir.
Istilah “Worm Moon” sendiri berasal dari kalender petani di Amerika Serikat yang mengacu pada munculnya cacing tanah saat suhu mulai hangat di bulan Maret. Meskipun istilah “Blood Moon” berkaitan dengan perubahan warna bulan selama gerhana, fenomena ini hanya bersifat sementara.