Dua Astronot NASA yang Terjebak Di Luar Angkasa, Bertahan Hidup Dari “Sup” yang Dibuat Dari Sebuah Urine
Pada 30 November 2024, dunia dirundung berita mengejutkan tentang dua astronot NASA yang terjebak di luar angkasa. Mereka saat ini berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), setelah sistem penyaring oksigen utama mengalami kerusakan mendalam. Keadaan darurat ini memaksa kedua astronot tersebut untuk mengandalkan cara-cara ekstrem dalam bertahan hidup. Salah satu solusi darurat yang ditemukan adalah penggunaan urine yang disaring dan diubah menjadi sup sebagai sumber nutrisi penting. Kejadian ini semakin menegaskan tantangan ekstrem yang dihadapi astronot dalam misi ruang angkasa.
Dalam upaya bertahan hidup, kedua astronot memanfaatkan teknologi yang memungkinkan mereka untuk menyaring dan mengubah urine menjadi air minum yang aman. Namun, masalah baru muncul ketika persediaan makanan mulai menipis, dan hanya ada sedikit bahan makanan di stasiun. Akhirnya, mereka mengembangkan metode untuk mengolah sisa-sisa urine yang telah disaring menjadi sup yang bisa dimakan. Meskipun terdengar tidak biasa, cara ini terbukti efektif untuk menjaga kelangsungan hidup mereka hingga bantuan tiba. Kejadian ini menunjukkan pentingnya inovasi dalam menghadapi kondisi darurat di luar angkasa.
Sistem yang digunakan oleh para astronot ini menggunakan filter canggih yang dikembangkan untuk mengolah air dari urine menjadi cairan yang layak dikonsumsi. Teknologi ini sebelumnya dirancang untuk mengatasi masalah kekurangan air di luar angkasa, di mana sumber daya sangat terbatas. Filter tersebut dapat memisahkan kontaminan dan mengubah air urine menjadi bentuk yang lebih aman untuk diminum. Namun, dalam kasus ini, tidak hanya air yang dihasilkan, tetapi juga komponen yang bisa dijadikan sup untuk memberikan asupan kalori bagi tubuh astronot.
Peristiwa ini sekali lagi menggarisbawahi betapa kerasnya tantangan yang dihadapi oleh astronot dalam menjalani misi di luar angkasa. Tidak hanya aspek teknis yang menjadi hambatan, tetapi juga ketahanan fisik dan mental. Terjebak di luar angkasa selama berhari-hari dalam keadaan darurat tentu menguji batas daya tahan tubuh manusia. Dalam kondisi seperti ini, kerjasama tim dan kemampuan beradaptasi menjadi kunci utama untuk tetap bertahan hidup. Kejadian ini juga menunjukkan pentingnya latihan dan kesiapan mental astronot dalam menghadapi situasi yang tidak terduga.
Meskipun kedua astronot tersebut berhasil bertahan dengan metode bertahan hidup yang ekstrem, mereka kini dalam proses penjemputan oleh tim penyelamat yang dikirim dari Bumi. Misi penyelamatan sedang dipersiapkan dengan menggunakan pesawat antariksa yang dirancang khusus untuk mengangkut mereka kembali ke Bumi. Para ahli dari NASA dan badan antariksa internasional lainnya telah bekerja keras untuk memastikan keselamatan para astronot ini. Mereka diperkirakan akan segera kembali ke Bumi dalam waktu dekat, setelah menjalani pemeriksaan medis dan pemulihan.
Insiden ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya pengembangan teknologi yang dapat mendukung kehidupan di luar angkasa. Penelitian dan eksperimen mengenai cara bertahan hidup dengan sumber daya terbatas sangat penting, terutama mengingat ambisi manusia untuk menjelajahi Mars dan planet lainnya di masa depan. Para ilmuwan berharap pengalaman ini dapat memberikan wawasan baru tentang cara mengatasi kesulitan hidup di luar angkasa, serta meningkatkan sistem pendukung kehidupan dalam misi-misi luar angkasa mendatang.