Alam Semesta Mungkin Mengalami Rotasi Selain Ekspansi

Selama beberapa dekade, para ilmuwan sepakat bahwa alam semesta telah mengembang sejak terjadinya peristiwa Big Bang sekitar 13 miliar tahun yang lalu.Proses pengembangan ini masih berlangsung hingga kini dan diperkirakan akan terus berlanjut sampai mencapai suatu akhir, meskipun akhir tersebut masih berupa teori. Meskipun terdapat konsensus mengenai hal ini, masih ada perdebatan yang cukup sengit mengenai kecepatan sebenarnya dari ekspansi alam semesta—masalah yang dikenal dengan nama Hubble tension atau ketegangan Hubble.

Kecepatan ekspansi alam semesta diukur dengan Hubble Constant, yang menunjukkan seberapa cepat galaksi saling menjauh satu sama lain, dengan satuan kilometer per detik per megaparsec (km/s/Mpc), di mana satu megaparsec setara dengan sekitar 300.000 tahun cahaya. Model kosmologi yang paling diterima saat ini, yaitu Lambda Cold Dark Matter (ΛCDM), memprediksi bahwa laju ekspansi alam semesta berada pada kisaran 67 hingga 68 km/s/Mpc. Namun, pengamatan menggunakan teleskop dan alat astronomi lainnya menunjukkan nilai yang lebih tinggi, sekitar 73 km/s/Mpc. Hal ini menimbulkan ketidaksesuaian antara teori dan hasil observasi.

Dalam sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan pada bulan April di jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, tim ilmuwan dari Institute for Astronomy, University of Hawai’i, mengajukan sebuah pendekatan baru yang menarik. Mereka mengusulkan bahwa dengan memasukkan unsur rotasi kecil dalam model alam semesta, perbedaan yang timbul dalam Hubble tension dapat diselesaikan. “Kami sangat terkejut karena model yang melibatkan rotasi ini dapat menyelesaikan paradoks tersebut tanpa bertentangan dengan hasil pengamatan astronomi yang ada,” kata István Szapudi, seorang astrofisikawan dan salah satu penulis penelitian tersebut. “Lebih menarik lagi, model ini juga konsisten dengan model lain yang mengasumsikan adanya rotasi.”

Meskipun konsep rotasi alam semesta terdengar seperti sebuah cerita fiksi ilmiah, model ini sebenarnya tidak bertentangan dengan hukum fisika yang telah kita ketahui. Tantangan utama terletak pada mendeteksi rotasi ini, karena jika memang ada, kecepatannya sangatlah lambat. Namun, meskipun kecepatan rotasi tersebut rendah, ia cukup signifikan untuk memengaruhi laju ekspansi alam semesta selama miliaran tahun. Model ini memperkirakan bahwa alam semesta membutuhkan waktu sekitar 500 miliar tahun untuk menyelesaikan satu putaran penuh, yang berarti kita belum mencapai satu putaran penuh sejak peristiwa Big Bang terjadi.

Dengan merujuk pada filsuf Yunani Heraclitus yang terkenal dengan ungkapan “Panta Rhei” atau “semuanya mengalir,” Szapudi menyatakan, “Mungkin akan lebih tepat jika kita mengatakan ‘Panta Kykloutai’—semuanya berputar.” Di masa depan, para astronom berharap dapat mengembangkan model komputer yang lebih mendalam mengenai alam semesta berdasarkan teori ini, guna mencari kemungkinan jejak-jejak rotasi kosmik yang dapat terdeteksi dengan teknologi astronomi yang akan datang.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *